Yang Terlupakan

Yang Terlupakan

Di trip ke dua trayek Semarang, penumpang tidak begitu bagus. Dari terminal Bungurasih Surabaya jam 07:00 pagi hanya mengangkut 2 orang penumpang yang turun di Ngawi. Lalu bertambah 2 orang lagi yang naik dari Krian, dan turun di Nganjuk. Jadi kami hanya mengangkut 4 orang penumpang. Lebih mirip kendaraan yang berjualan meubel dibanding kendaraan pengangkut orang.

Ndilalah di Mojokerto naik lagi 4 orang. Lumayan, mereka turun Solo. Dari terminal Tirtonadi Solo pun, penumpang tidak begitu bagus. Total hanya 16 penumpang dari Solo, itupun ada yang turun di Boyolali, Salatiga, Ungaran. Hanya 4 orang yang turun di Terboyo Semarang.

Trip baliknya pun sama. Penumpang tidak begitu bagus.

Dari Terboyo, kami hanya mengangkut 2 orang penumpang yang akan turun di Salatiga. Di terminal bayangan Sukun, naik 6 orang. Salah satunya turun di Mojokerto, 3 orang turun di Solo, belum ada penumpang yang turun di Surabaya. Bus baru terisi 8 orang dari 44 kursi yang tersedia. Tiba di terminal Solo, penumpang tersisa 1 orang, penumpang tujuan Mojokerto.

Di Solo, kami masih beruntung ada penumpang yang naik. Lumayan, tambah 11 orang. Jadi total penumpang sudah 12 orang. Empat orang tujuan Sragen, tiga orang Ngawi, dua Nganjuk, Dua orang turun Mojokerto, satu orang Surabaya,

Selepas Solo, kami melaju cepat karena hanya akan menurunkan penumpang saja. Jika ada yang naik, akan tetap kami angkut.

Solo-Sragen-Ngawi, tidak ada penambahan penumpang. Penumpang bekurang dan turun di kota-kota itu. Hingga masuk rumah makan di Caruban untuk istirahat, penumpang tersisa lima orang. Tersisa penumpang Nganjuk, Mojokerto, dan Surabaya.

Selepas Nganjuk, hanya tersisa 3 orang penumpang. Kami melaju cepat hingga Mojokerto. Perjalanan malam memang sepi dan hampir tanpa rintangan, hampir. Hanya bertemu truk-truk besar yang masih agak lebih mudah "diatasi" daripada harus bertemu sepeda motor.

Setelah penumpang Mojokerto turun, kami kembali melaju cepat ke arah Surabaya. Rencananya, kami akan singgah dulu di SPBU sebelum masuk garasi.

Setelah mengisi solar full tank, kami masuk garasi untuk mengurus administrasi; rekapitulasi penumpang dan pendapatan.

Bus diparkirkan pengemudi di depan kantor begitu saja lalu menuju mess tempat istirahat. Saya dan kondektur pembimbing masuk kantor untuk menyelesaikan administrasi.

Seperti biasa, ada petugas sendiri yang memarkirkan bus di parkiran garasi di bagian belakang.

Saat sedang duduk-duduk di depan kantor, sekonyong-konyong datang mas-mas menghampiri saya. Dengan wajah bangun tidur, tampak sisa-sisa kantuk di matanya.

"Mas, bisnya kok nggak jalan? Malah berhenti di belakang sana?"

"Waduh, maaf mas. Saya kelupaan"

Saya segera ke kantor memanggil kondektur pembimbing.

"Pak, penumpangnya ada yang ketlingsut satu. Yang turun Surabaya!"

"Oiya! Aku juga lupa! Mana orangnya? Aku ikutkan bus yang keluar ke terminal"

"Itu orangnya di depan" saya menunjuk ke luar jendela kantor.

Kondektur pembimbing menemui penumpang terlupakan itu. Penumpang yang tertidur pulas di dalam bus yang kami lupakan, lalu mengikutkannya ke bus yang keluar garasi menuju terminal Bungurasih untuk menjalankan trip awal atau trip berangkat.

Menjadi yang terlupakan memang tidak enak. Lebih tidak enak lagi menjadi yang diabaikan. Hmm...yhaa

You Might Also Like

0 comments