Jadilah Penumpang Cerdas



Setelah kurang-lebih 10 jam perjalanan panjang Surabaya-Solo-Semarang yang melelahkan, kami istirahat di salah satu warung di terminal Terboyo yang kumuh dan sebagian bangunan sudah ada yang dirobohkan. Rencananya terminal Terboyo Semarang ini memang akan ditutup.

Bus kami dijadwalkan kembali berangkat pukul 18.15 dari terminal Terboyo, Semarang, menuju Surabaya, Jawa Timur.
Setelah selesai istirahat; makan, minum mengisi perut dan sedikit mengurangi rasa lelah, kami kembali ke tempat bus diparkirkan. Saya melihat ada dua calon penumpang yang menunggu di samping bus yang terparkir. Saya naik ke bus untuk mengecek kondisi dalam bus.

Sebelum naik, dua orang calon penumpang memanggil dan menghampiri saya.

"Mas, ini busnya ke Jogja?"

"Enggak mas. Ini ke Surabaya, lewat Solo. Jam segini yang ke Jogja sudah habis. Kalau mau ke Jogja, bisa naik ini dulu ke Solo. Lalu lanjut ke Jogja, bisa dengan PO ini juga nanti di sana."

"Tapi kata bapak itu, ini busnya ke Jogja."

Lalu datang bapak-bapak setengah baya yang cenderung tua, datang dan memanggil saya. Kira-kira begini percakapannya dalam bahasa Indonesia.

"Ada apa? Udah kamu diam saja. Aku yang urus."

Si Bapak Tua itu lalu mendekati kondektur yang membimbing saya. Saya tidak begitu mendengar mereka berbicara apa.

Saya pun mbatin; wah, dimakan calo dua orang ini tadi.

Terminal Terboyo, memang masih banyak calo yang berkeliaran. Sebagai kru, dan masih "magang", bahkan kru tetap pun tak bisa berbuat banyak. Karena apa?

Begini, ini soal "wilayah kekuasaan". Saat calon penumpang sudah "setuju" dengan penawaran calo itu tadi, itu berarti calon penumpang ini sudah menjadi "milik" si calo. Entah itu setujunya dengan sukarela atau sedikit terpaksa, atau terpaksa secara penuh.

Persetujuan itu menjadi "sah" jika calon penumpang sudah memberikan uang, tentu saja melebihi tarif resmi dari PO bus. Lalu uang itu baru dibayarkan ke kru sesuai "tujuan" yang ditentukan si Calo.

Dalam kasus ini, calon penumpang ingin ke Jogja. Sementara bus kami bertujuan ke Surabaya via Solo. Saya tidak tahu calon penumpang itu ditebas dengan harga berapa oleh si Calo, yang jelas Calo harus untung. Meskipun tidak bertujuan ke Jogja, calon penumpang harus dinaikkan ke bus kami tanpa tahu bus ini tidak sampai bahkan tidak melewati Jogja.

Kami, kru, tidak dapat berbuat banyak jika calon penumpang sudah terperangkap seperti itu. Jika kami melawan, maka kami yang esoknya akan "diputus" rejekinya di terminal. Ini karena ada kode etik tak tertulis yang tadi saya sebut; wilayah kekuasaan.

Calon penumpang yang akhirnya menjadi penumpang bus kami, "diturunkan" di Kartosuro. Tentu saja dengan naik bus lagi agar bisa tiba di Jogja.

Dari barang bawaan yang saya keluarkan dari bagasi, masih ada label "SRG", three letter code untuk Semarang, dari sebuah maskapai penerbangan. Saya tidak tahu sudah berapa calo yang mereka lewati untuk "sekadar" tiba di terminal Terboyo.

Jadilah Penumpang Cerdas

Sebelum bepergian, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk perangkap calo, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang rute, kota, terminal, atau apapun itu yang akan kita lewati.

Dalam kasus ini, setelah turun dari pesawat atau keluar dari bandara, setidaknya sudah ada informasi harus ke mana.

Jika dari bandara, lalu dilanjutkan dengan naik bus untuk sampai ke kota tujuan, maka kita harus tahu lebih dulu bus apa yang akan kita naiki, naik dari mana, jurusan mana, berapa tarifnya (atau perkiraan tarifnya). Jika harus oper di terminal berikutnya, kita juga harus tahu terminal mana, dan naik jurusan mana, serta berapa tarifnya.

Tidak sulit untuk menemukan informasi-informasi itu diinternet. Gunakan gawai untuk googling. Kalau masih tanya bagaimana caranya? Kebangetan, jancuk!

Karena dua orang yang masuk perangkap calo, usianya masih muda dan saya lihat gawainya sudah seperti talenan. Saya kira sudah pasti bisa digunakan untuk mencari informasi. Kalau kuotanya habis? Udah tahu kalau mau bepergian, ya seharusnya persiapan.

Di internet, banyak informasi yang bisa didapat soal trayek bus, jadwal, nama PO bus, harga karcis, jenis body bus, mesin, nama supir, bahkan plat nomornya juga.

Beberapa PO juga sudah mulai banyak yang memiliki website yang bisa diakses informasinya.

Tidak ada alasan lagi untuk terperangkap calo. Calo sekarang sudah old-old.












You Might Also Like

0 comments