Teman Titip dan Sekresek Tai

Ilustrasi

Di kantor tempat saya bekerja dulu, hampir semua penghuninya punya hobi yang sama; bercanda, guyon. Tapi bercandaan kami kadang lebih serius daripada urusan ijab-qabul, bahkan lebih radikal daripada ISIS.

Sebagai teman yang baik, sebisa mungkin saya memenuhi permintaan teman. Walaupun itu agak sulit, atau bahkan sulit. Kadang-kadang justru saya yang menawari lebih dulu.

Paling sering, saat-saat jam makan. Biasanya ada satu orang yang keluar membeli makan, yang lain titip.

“aku arep ning ngarep tuku mangan, sopo sing nitip?” (aku mau keluar beli makan, siapa yang mau titip?

“ titip...titip… pecel lele, es teh, es jeruk,” begitulah mereka langsung kemruyuk seperti anak ayam kehilangan induknya.

“Nek titip ki nganggo duit cuuoook jancook.. Ora mung cocot tok”

Lalu teman-teman memberi daftar yang ingin mereka pesan, dan tentu saja uang. Saya catat satu-per satu pesanan titipan mereka. Kadang cuma saya ingat-ingat saja kalau ingat.

Pada suatu shift malam di kantor, seperti biasa saya menggelontorkan pertanyaan “titip”

“sopo titip?”
“ning ndi?” ini merujuk mau membeli makan di warung mana
“ngising” saya jawab sambil nyengir dan ngeloyor ke wc
“yo, dibungkuske yo..?”
“okee”

Setelah selesai berurusan dengan wc, saya keluar menemui teman saya itu sambil membawa kantong plastik dan saya letakkan tepat di mejanya dan tepat berada di depan mukanya. Sambil saya tunjukkan isi kantong kresek itu.

“nyoooh… jare titip. Iki titipanmu, isih anget, fresh from the oven”, kata saya.

“Bajilakkkkk!!! asyuuuuuuu…!! jancooooooookkkkkkk!!”

Teman saya misuh-misuh lalu sekonyong-konyong langsung lari tunggang-langgang melangkahi meja di depannya.

Lha gimana to? Sebagai orang yang ditititi, eh dititipi ya saya cuma menjalankan amanah to. Kok malah dipisuhi. Asu tenan kok.

Karena saya dalah teman yang baik, saya tidak ingin mengecewakan teman saya itu. saat sambil ngeloyor ke wc, saya mengambil sekantong kresek di laci pantri kantor yang jaraknya tak begitu jauh dari wc.

Saat berak itulah saat-saat yang menegangkan. Saya harus mengepaskan posisi pantat saya dengan kantong kresek yang saya gunakan sebagai “kloset”, saya pegang dengan kedua tangan, dan agak saya rapatkan ke bokong. Akhirnya… plukkk. Tai itu jatuh pas di kresek, lalu saya tiriskan. Eh, sisihkan.

Kemudian saya bawa keluar dan saya kasihkan teman saya yang titip tadi itu.

Salah saya di mana kok dipisuhi?.

Setidaknya saya sudah memenuhi titipan dia. Walaupun ora nyangoni duit. Lain kali, nek titip ki nganggo duit cuuuk!

Titipane wes dientukke kok malah dipisuhi. Jancok!




You Might Also Like

0 comments