Pemersatu Anak Cucu


Di keluarga besar saya, para anak cucu, terdiri dari berbagai macam latar belakang. Ada yang pekerja, pelajar, pengusaha, dan sebagainya. Dalam momen lebaran seperti ini, hampir semua bisa berkumpul dan bertemu.

Jika sudah bertemu, berbincang-bincang, bercanda dan tertawa, tinggal menunggu saja ada yang menjadi provokator "ayo, rujak-an", yang lain akan semangat menjawab "ayo!", sepakat satu kata.

Pada umumnya, atau rujak pada umumnya, ialah buah-buahan yang diberi lumuran bumbu rujak yang bahannya terdiri dari ulekan bawang merah, bawang putih, dan gula merah (koreksi jika saya salah), rujak itu di sini, di daerah pesisir disebut rujak lotis.

Berbeda dengan rujak lotis, di sini ada yang lebih populer dan banyak digemari orang-orang pesisir. Yaitu rujak banyu, rujak air. Begitulah masyarakat menyebutnya.

Oke, saya jelaskan. Rujak banyu, sebenarnya rujak yang diolah dengan bumbu sangat sederhana. Bawang merah, bawang putih, cabai rawit, sedikit gula merah, lalu disiram dengan petis yang sudah dicairkan (dicampur dengan air). Ini bedanya.

Petis yang digunakan bukanlah petis udang yang biasa untuk isian tahu petis, atau bahan campuran pada rujak cingur, melainkan petis yang terbuat dari ikan. Ikan peda kalau tidak salah. Walaupun saya orang pesisir, orang pinggiran (laut), tidak semua hal saya tahu.

Rujak ini adalah rujak dengan kuah bumbu petis tadi. Rujak berkuah. Dimakan menggukan sendok. Di sini, isiannya ialah mangga muda yang dicincang atau dipotong kecil, tanpa mengupas kulitnya. Jadi, ya begitu, dimakan beserta kulitnya. Rasanya bagaimana? Silakan coba sensasinya. Silakan padukan dengan kerupuk 'tayamum', kerupuk yang digoreng dengan pasir. Sensasi rasanya akan lebih nikmat.

Di pesisir, di pinggiran laut, yang setiap hari kena pasang air laut selutut, beginilah cara kami menikmati hidup. Sebaskom rujak banyu bersama-sama. Sederhana, gembira, dan bahagia.

Selamat hari raya Idul Fitri 1440 H.

You Might Also Like

0 comments