Jam’iyah Patah Hati



Jam’iyah Patah Hati.

Seorang teman membuat status di aplikasi obrolan yang isinya begini:

“teringat puasa Ramadhan lima tahun yang lalu”

Sebagai lelaki--yang pernah patah hati--saya tentu mengerti maksud dan tujuan status itu.

Maksudnya tentu saja pelampiasan akan kenangan, amarah, kerinduan, dan sejenisnya itu. Sulit dijelaskan karena rasanya campur-aduk tidak karuan.

Tujuannya adalah agar perasaannya sedikit lega. Ya, walaupun orang dituju atau disindir entah tahu atau tidak. Harapannya tentu saja supaya yang dituju tahu. Kalau pura-pura tidak tahu ya ncen asu! Tapi kayane yo asu tenan.

Saya pun mengomentari status kawan saya itu.  Dengan menawarkan solusi tentu saja.

“perlu main kasar po mas? Didukunke wae po?”

“Haha… ora sah”

“Lha pye mas? Difatihahi opo diyasini?”

“Ya kui wae haha.”

“Diyasini? Ayo mas”

“wkwkw kok malah koyo arep nyewu”

“Hayo rapopo, nyewu wafatnya hati dan perasaannya mas. Nggawe Jam’iyah Patah Hati wae po pye mas? Yasinan ben malam jum'at. Khususon untuk wanita pembunuh perasaannya sendiri. Sing malah milih wong liyo, tapi goroh karo perasaane dewe. Kui layak diperingati koyo wong mati mas. Syukur nek mati tenanan. Malah lego, ra korban perasaan. Hahaha”

“Masshooooooook”

Sepertinya memang perlu ada pendirian Jam’iyyah Patah Hati yang kegiatannya baca Al-Qur’an khusus untuk orang-orang yang hatinya sudah ambyar pyar!

Agar apa? Supaya pemuda-pemudi terhindar dari dampak patah hati yang sungguh-sungguh ngeri. Diantaranya yang paling fatalialah kecenderungan atau adanya keinginan untuk bunuh diri. Hmm

Wallahu A’lam.





You Might Also Like

0 comments